Selain Maksiat, Pacaran Juga Dapat Menyebabkan Seseorang Menderita Hati Dan Pikirannya
Thursday, December 21, 2017
Edit
LIPUTANTOP.COM - Pacaran sebagai “Life Style” Setuju atau tidak, bagi sebagian anak muda pacaran sudah menjadi “Life style” atau gaya hidup.
Tidak lagi hanya sebagai sebuah usaha untuk menemukan jodoh, ini terbukti ketika kita lihat banyak anak-anak diusia yang sangat beliau sudah melakukan aktivitas pacaran.
Mulai dari sekolah menengah pertama, bahkan tak jarang juga sudah berpacaran sejak masih memakai celana atau rok merah (baca : sekolah dasar ).
Bagi remaja masa kini mungkin berpacaran adalah suatu hal yang lumrah, hal yang biasa saja bahkan suatu hal yang wajib.
Karena tanpa aktivitas pacaran masa muda seolah-olah menjadi hambar, bahkan ada juga yang merasa bahwa “jomblo” itu adalah suatu aib yang memalukan, kalau nggak pacaran dianggap nggak laku, dianggap kuper dan berbagai ejekan-ejekan lainnya.
Dicintai dan mencintai adalah fitrah kehidupan manusia, karena memang Allah memberikan rasa tersebut kepada kita sebagai sebuah anugrah.
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar. Ruum (30):21)
Allah menciptakan kita berpasang-pasangan, ada laki-laki dan perempuan dan Allah juga sertakan rasa ketertarikan diantara keduanya untuk sebuah maksud mulia yaitu melanjutkan keturunan.
Namun sayangnya terkadang kita “khilaf” (termasuk kami juga dahulu) dalam memaknai hal ini, karena memang pendidikan tentang cinta tidak pernah diberikan di sekolah atau lembaga pendidikan maka kita memahami bahwa mengekspresikan cinta itu melalui aktivitas pacaran.
MENCARI JODOH LEWAT PACARAN
Pacaran itu maksiat, pernikahan itu ibadah. Yakin, mau memulai ibadah dengan maksiat ?
Pernikahan adalah cara terbaik untuk mengekspresikan cinta pada lawan jenis, pernikahan tidak hanya memberi ketenangan hati bagi yang rasa cintanya tersampaikan tapi juga bernilai ibadah di hadapan Allah SWT.
“Wahai para pemuda ! Barang siapa di antara kalian berkemampuan menikah, menikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi kemaluan. Dan barang siapa belum mampu, hendaklah ia shaum (puasa), karena puasa itu dapat membentengi dirinya” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Begitulah pesan Rasulullah SAW menikahlah jika sudah mampu dan jika belum mampu berpuasalah, bukan pacaran.
Sebagian orang menjadikan pacaran sebagai jalan untuk menemukan jodoh. Agar mengenal calon suami atau istri begitu dalihnya. Hingga tak sedikit juga menganggap tanpa pacaran sama saja dengan membeli kucing dalam karung, tak mengenali siapa calonnya takut nanti malah mengecewakan saat telah menikah.
Alasan lainnya orang memilih pacaran karena menikah dengan orang yang sudah dicintai akan menjadi kebahagiaan tersendiri.
Sementara menikah dengan orang yang baru dikenal bahkan belum dicintai akan jadi sebuah ujian.
Beragam keyakinan ini bisa saja muncul sebab memang keilmuan memulai pernikahan jarang sekali diajarkan di lingkungan kita, baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun lembaga pendidikan formal.
Sehingga kita belajar secara otodidak melihat lansung kepada orang-orang terdekat atau melihat melalui media, baik elektronik, cetak maupun digital.
Dalam kehidupan masyarakat mayoritas pernikahan dengan pacaran menjadi satu impian, setidaknya ini membuktikan kalau dirinya laku.
Sementara metode pernikahan lain seperti dijodohkan menjadi menakutkan sebab selalu dihubungkan dengan kisah pernikahan siti nurbaya.
Sementara pernikahan dengan metode taaruf masih dianggap tabu.
Pacaran memang tak terlalu buruk dalam proses menuju pernikahan, sebab memang tak sedikit juga pernikahan yang diawali dengan pacaran menjadi rumah tangga yang bahagia, damai dan menjadi keluarga yang menyenangkan.
Meskipun begitu kita juga perlu ingat kalau ternyata sangat banyak yang pada akhirnya menderita sebab memilih pacaran sebagai jalan untuk menemukan jodoh.
Permasalahan yang terjadi biasanya cinta yang kandas di tengah jalan, cinta bertepuk sebelah tangan, ditinggal pacar yang menikah duluan, hamil di luar nikah lalu ditinggal pergi, janji yang dingkari, pacaran 4 tahun bahkan lebih tapi harus berakhir dengan tragis, cinta yang tak direstui orang tua, dan berbagai masalah serupa.
Mungkin sebagian orang mengatakan itu adalah perjuangan cinta, tapi sungguh tak bijak jika itu di-amini dan dikuti. Karena kalau dilihat dari berbagai fakta yang ada pacaran bukanlah jalan terbaik menemukan jodoh.
Selain maksiat pacaran juga menyebabkan seseorang menderita hati dan pikirannya.
Menikah tanpa pacaran memang takkan selalunya menyenangkan, sebagaimana tak ada jaminan bahagia dari pernikahan melalui pacaran, begitu juga dengan menikah tanpa pacaran.
Tapi, setidaknya dengan menikah tanpa pacaran anda sudah memulai pernikahan dengan jalan yang Allah ridhoi.
Jika awalnya sudah Allah ridhoi, mudah-mudahan begitu juga hingga akhirnya, tidak hanya bahagia tapi juga penuh kebarakahan.
Banyak metode pernikahan tanpa pacaran yang bisa dilakukan seperti dijodohkan, kenal lansung lamaran dan juga melalui taaruf.
Pernikahan tanpa pacaran tidak hanya menjaga diri dan hati seseorang dari maksiat tapi juga memberi ketenangan bagi orang tua dari rasa was-was anaknya terjerumus perzinaan.
Bagaimana detailnya metode pernikahan tanpa pacaran ? Akan kita bahas di bagian lain ensiklopedia pernikahan islami ini. (Sumber: hawa.co.id)